LGBT Mewabah Sampai Ke Kota SANTRI.

Posted on Monday, February 29, 2016



KAJEN – Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) semakin mencuat di beberapa kota besar bahkan sampai ke Kabupaten Pekalongan. Perilaku seks yang menyimpang ini dinilai beberapa kalangan sudah mulai mewabah di Kota Santri. Beberapa kalangan mulai khawatir penyimpangan tersebut semakin meluas lantaran para pelaku LGBT sudah cukup fulgar menunjukkan eksistensi mereka, baik secara langsung maupun lewat dunia maya.
Berdasarkan pengamatan sejumlah akun media sosial facebook, twitter hingga instagram secara terang-terangan mengatasnamakan dirinya gay atau lesbi. Terdapat beberapa grup bahkan fanspage facebook yang mengatasnamakan gay pekalongan dengan pengikut lebih dari seribu akun.
Mewabahnya perilaku yang melenceng dari norma agama dan adat istiadat ini menjadi perhatian sejumlah kalangan. Ketua LSM Telaah Informasi Masyarakat (Tirai), Mustajirin membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan, perilaku menyimpang ini sudah sering ia temukan di Kabupaten Pekalongan. Bahkan, tak jarang mereka berkumpul sesama jenis di hotel-hotel yang ada di Pekalongan.
“Sering saya temukan, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, menginap di kamar hotel, khususnya hotel melati yang kasurnya itu satu,” kata Mustajirin, kemarin.
Dijelaskan, mereka juga tak risih menunjukkan kemesraan kepada pasangan sesama jenisnya di tempat-tempat umum, seperti mall dan sebagainya. “Mereka ini sudah berani fulgar menunjukkan eksistensinya. Ini tentu mengkhawatirkan,” lanjut dia.
Menurutnya, wabah LGBT ini akan semakin meluas jika tidak disikapi dengan benar oleh masyarakat, khususnya para orang tua dan tokoh agama untuk membentengi generasi muda dari perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya timur. Sebab, penyebaran perilaku menyimpang ini justru sebagian besar sasarannya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa melalui efek pergaulan.
“Masyarakat harus memberi pengertian, khususnya orang tua bahwa perilaku itu salah menurut agama dan adat istiadat. Agama manapun tidak membolehkan hubungan sesama jenis. Disini, peran orang tua dan tokoh agama sangat penting. Orang tua harus bisa membangun komunikasi dan dapat memberikan benteng melalui pendidikan keagamaan,” jelas Mustajirin.
Ia yakin, jika benteng keagamaan telah terbangun dengan baik, maka generasi muda dapat terhindar dari kelainan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.

Sumber : RADAR PEKALONGAN

No comments:

Post a Comment

© Elvoust Info. Template by Template Responsive Design Powered By Blogger